Random

Pesawat di atas Rumah

Kala itu di pagi Cerah TK Pertiwi Kopang mengadakan lomba-lomba untuk merayakan kemerdekaan Negara tempat manusia berkulit sawo mateng sebagai mayoritas dan diwarnai titik-titik cantik bagai bunga aster liar pada bioma sabana oleh berbagai ras dari berberapa negara. Adalah hari itu lomba menggambar bertemakan rumah. Aku si anak sawo matang akan bertarung dengan seorang anak kaukasian yang DNAnya diimpor dari Timur Tengah sana juga tentunya dengan anak pribumi lainnya. Santai saja kataku dalam hati. Dia besar di tanah Sasak budayanya sudah seperti kami. Pasti benaknya akan bentuk rumah sudah pasti sangat Indonesia.

Mulailah anak-anak menggambar rupa rumah dan halamannya. Aku pun tenggelam dalam goretan-goretan pensil warna-warni.

“Ayo anak-anak… Waktu sudah habis ya… Gambarnya dikumpulkan”. Ibu guru memberi isyarat.

Ku alihkan pandangan mataku yang fokus dari kertas gambar ku ke meja sebelah si anak kaukasian. Aku terpana melihat sebuah rumah dengan halaman yang ditumbuhi bunga-bunga kecil berwarna warni. Sangat authentic dan polos. Perasaan seseorang akan merasa ikut bahagia melihat gambar itu.

Kemudian kutatap gambar rumah di depan ku. Sebuah rumah dengan pekarangan yang sempit dan di atasnya ada pesawat terbang yang besar yang hampir menyambar atap rumah. Tadinya aku tenggelam dalam logika-logika dan cerita dalam menggores dan memberi warna. Pikiranku yang dipenuhi oleh setiap cerita di halaman tabloit Lintang yang aku baca pekan itu, bersatu dalam kertas gambarku.

Kutatap sekali lagi gambaran si anak kaukasian. Intuisiku mulai bergrjolak. Tak mungkin gambarku disukai orang-orang dewasa. Aku menatap mamaku yang seorang dewasa juga melihatku setengah tersenyum atau sebut saja sedikit menahan tawa.

“Ayo kumpulkan gambarnya”.  Mamaku meyakinkanku.

Perjalanan pulang mama bertanya, “Kenapa ada pesawat di atas Rumah?”

“Tabloid Lintang. Abis baca tentang pesawat. Katanya panjangnya sepanjang rumah”. Aku mengingat ingat perbandingan rumah, pesawat, dan paus yang diilustrasikan dalam tabloid.

Mamaku hanya tersenyum. “Jadi mau beli coklat buat bekal besok?”

“Mau mau”. Aku melompat sangat senang karena kita akan mampir ke toko kelontong Daeng Kandar yang sangat populer dikalangan anak-anak TK Pertiwi.

Hari Pengumuman

Diumumkanlah di hari itu juara-juara berbagai perlombaan. Sampai saatnya namaku disebut mendapatkan juara  ke-2 dan Fatimah Husein sebagai juara pertama lomba menggambar rumah dan pemandangan.

Hari itu kami mendapatkan Hadiah masing-masing. Aku sangat senang karena dapat menjadi juara walau bukan juara 1.

Disela makan siang Ibu guru berkata, kamu juara dua karena pesawat di atas atap.

The end.

Leave a comment