Daun itu adalah posisinya. Akar itu adalah posisinya. Begitulah bahasa menyembunyikannya dibalik itu. Akar ia bisa bertahan tanpa daun namun tak bisa sebaliknya. Tidakkah daun terlihat berguguran karena tak mendapat sambutan energi dari akar? Akar tanpa daun masih bisa hidup dan bersembunyi. Selalu daun yang menjadi perhatian mata. Ketika bunga dan buah tampak tak sehat maka itu adalah salah daun yang tak befotosintesis dengan baik. Daun tak mempermasalahkan dirinya. Daun itu akan menguning dan gugur atau bahkan digugurkan. Yang ia inginkan adalah pohon tumbuh dengan baik dan menjadi tempat bernaung dan bergantung bagi kehidupan. Jika buah ranum dan bunga-bunga indah bermekaran, tak ada yang mempedulikan daun bahkan akar. Apakah kau tahu? Itu semua takdir Tuhan membuat zat-zat pada posisinya. π
Saat itu.
Hujan yang mengairi malam itu, membuat keriput kulit di ujung-ujung jemari. Kita berteduh di depan sebuah ruko di kilometer 13,5. Sorot lampu kendaraan menerobos jalan mengurai tirai bentuk bulir-bulir air yang berjatuhan. Perasaanku saat itu hanya terfokus pada diri kita. Aku dan kamu. Aneh dan tak aku mengerti. Benar kah? Salah kah?
Dibawah jas hujan hijau aku tertunduk dengan pikiranku menerka-nerka. Jenisnya seperti apakah ini? “Jangan. Jangan biarkan hatimu seperti daun kering yang kini hanyut diujung pengelihatanmu terbawa arus air hujan yang kian deras.” Aku bergumam. Aku sibuk dengan diriku sampai sesekali kulihat ke arah mu.
Sial. Kenapa kamu tersenyum. Apakah pikiranmu sama sibuknya dengan ku?
Pagi-pagi yang syahdu…
Adakah kau menjumpai pagi-pagi syahdu hari-hari kita hendak berpisah ini?
Adakah kau melewatkan sesuatu hal yang penting dimalam-malamnya?
Sedu sedan diwaktu sahr menghitung hari atas perpisahan.
Jika kau dapati seorang teman baik, maka rasa enggan untuk berpisah begitu kuat dan menyesakkan.
Tanyaku selalu tak terbendung.
Apakah kau akan mengenangku?
Adakah kita dapat bertemu lagi?
Kuharap aku dan kau memiliki perpisahan terindah.
Teman… Jika perpisahan adalah keniscayaaan. Namun napas masih berhembus. Maka aku masih berharap dan berhak merindu.
Dan seberpolusi itu.